Jumat, 30 Januari 2015

Mengenal Oksitosin, si Hormon Cinta yang Setia !


Apa gunanya orgasme dalam kehidupan sehari-hari ? Adakah fakta ilmiah untuk membuktikan bahwa hubungan seks dapat menyebabkan emosi lebih tenang dan bahkan dapat mencegah perselingkuhan ? Mengapa muncul pendapat bahwa proses persalinan sama dengan orgasme saat hubungan seks ?

Setelah kita mengenal Testosteron dengan berbagai perannya dalam metabolisme tubuh manusia pada tulisan berjudul Mengenal Testosteron, si Hormon Seks yang Agresif !, kali ini kita akan mengenal Oksitosin sebagai penyeimbang dari efek-efek yang disebabkannya.


Oksitosin dihasilkan oleh kelenjar hipotalamus, pemimpin umum para hormon yang mengkaji pesan atau informasi yang datang atau dirasakan dalam tubuh, yang letaknya terdapat di bawah otak. Oksitosin sebenarnya memiliki fungsi utama untuk merangsang kontraksi pada dinding rahim pada saat melahirkan dan konstraksi kelenjar payudara pada ibu menyusui.

Namun berbagai penelitian ilmiah juga telah menyebutkan bahwa oksitosin ternyata juga berperan dalam memberikan efek kebahagiaan berupa rasa cinta dan kasih sayang, kepercayaan dan kesetiaan, ketenangan dan empati, keintiman atau kedekatan emosional, mengurangi stres dan kecemasan, instropektif, dan dapat meningkatkan perilaku komunikasi yang positif. Atau dengan kata lain, beberapa efek hormon oksitosin dapat menyeimbangkan efek meningkatnya kadar testosteron.

Dalam dunia medis, suntikan oksitosin diberikan untuk membantu konstraksi agar membantu mempercepat persalinan. Namun secara natural, oksitosin hanya dilepaskan dalam kondisi-kondisi tertentu melalui sentuhan-sentuhan yang sifatnya memunculkan kasih sayang dan kebahagiaan, seperti pada ibu yang sedang hamil atau menyusui bayinya, atau kondisi pada saat seseorang jatuh cinta. Sentuhan, belaian, pijatan, atau kecupan, diketahui dapat merangsang kemunculan hormon ini.

Meskipun oksitosin berjumlah besar muncul pada saat kehamilan, persalinan, dan menyusui, namun ada satu fakta yang menarik dan telah dibuktikan secara ilmiah bahwa ternyata orgasme saat hubungan seks juga dapat mengakibatkan munculnya oksitosin secara drastis, baik pada pria maupun wanita. Hal inilah yang akhirnya memunculkan pendapat beberapa ahli medis yang menyebutkan bahwa konstraksi pada saat persalinan serupa dengan kejadian orgasme pada saat berhubungan seks. Saat dimana baru keluarnya bayi dari vagina dan saat baru tercapainya orgasme merupakan masa tubuh manusia dipenuhi rasa cinta, yang merupakan pengaruh dari meningkatnya kadar oksitosin.

Dr. Dirk Scheele bersama tim peneliti dari Bonn University Medical Centre di Jerman menyebutkan bahwa produktivitas hormon oksitosin yang tinggi dapat menjaga dan menguatkan cinta para pasangan. Dalam penelitiannya, tim tersebut membagi 40 orang pria yang telah menikah menjadi dua kelompok dan pada masing-masing kelompok tersebut diberikan satu gambar pasangannya dan satu gambar wanita lain yang pernah mereka kenal. Dan kelompok pria yang telah disemprotkan oksitosin melalui hidung dalam dosis tertentu terbukti lebih memilih gambar wanita pasangannya sebagai wanita yang paling menarik.

Penelitian yang sama dilakukan oleh Dr. Rene Hurlemann dari Fredrich Wilhelms University of Bonn, dengan membandingkan sekelompok pria yang disemprotkan oksitosin dengan sekelompok pria yang diberi placebo (butiran obat tanpa bahan apapun kecuali tepung, namun disugestikan mengandung khasiat tertentu). Bahkan para ilmuwan di Universitas Stanford di California juga menggunakan semprotan oksitosin tersebut untuk membantu para pasangan yang bermasalah untuk meningkatkan perasaan cintanya. Saat ini produk berupa spray tersebut dijual secara bebas dengan inti kandungan oksitosin di dalamnya. Produk ini berkhasiat untuk membuat para penggunanya menjadi lebih sensitif dalam merespon bentuk-bentuk empati dan kasih sayang.

Amanda Denes, seorang peneliti dari Universitas Connecticut juga telah menemukan bahwa orgasme yang terjadi saat berhubungan seks dapat meningkatkan keintiman dan memperlancar komunikasi dalam pasangan. Selain itu, John Krystal, MD, editor Biological Psychiatry, dan Beate Ditzen, beserta sekelompok ilmuwan dari Swiss, juga telah meneliti tentang manfaat oksitosin pada interaksi hubungan suami istri untuk membantu terjalinnya komunikasi yang lebih baik. Rebecca Turner, PhD. dari University of California juga telah menemukan bahwa oksitosin adalah hormon yang sangat kuat untuk meningkatkan keterikatan hubungan antar manusia.

Hasil penelitian di Universitas Bar Ilan di Israel juga menyebutkan bahwa kualitas cinta pada pasangan sebanding dengan peningkatan kadar oksitosin-nya. Dalam hal ini, ditemukan pula kadar oksitosin yang lebih tinggi pada orang-orang yang memiliki pasangan dibandingkan yang masih sendiri, dan meningkatnya oksitosin ini ditunjukan dengan gejala perilaku yang lebih romantis pada pasangan.

Nah, setelah kita mengenal hormon testosteron dan oksitosin beserta pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari, tentunya kini kita menjadi semakin memahami keterkaitan antara emosi dan agresivitas, libido, orgasme, bahkan hingga pengaruhnya pada kemesraan dalam rumah tangga. Betapa ilmu pengetahuan telah membuktikannya secara ilmiah tentang pengaruh hormon dalam tubuh manusia pada sikap dan perilakunya. Selanjutnya pilihan ada pada Anda, apakah perlu membeli produk-produk hormonal untuk membantu menyeimbangkan metabolisme tubuh Anda dan pasangan, atau cukup melakukannya dengan cara yang alamiah saja ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan meninggalkan pesan atau komentar Anda. Saya pun akan berusaha membantu permasalahan Anda sebatas pengetahuan dan kemampuan saya.
Jika Anda menyukai tulisan di atas, Anda boleh membagikannya di media yang Anda sukai supaya semakin banyak orang-orang yang mendapatkan manfaatnya.
Jika Anda ingin lebih puas melakukan obrolan, silahkan ke menu Obrolan Rahasia. Terima kasih.