Jumat, 02 Januari 2015

Cerita di Rumah Makan Padang

Suatu hari saya datang seorang diri ke suatu rumah makan padang dan duduk di tempat paling belakang dari deretan meja yang tersedia. Karena bertepatan dengan jam makan siang, suasana di tempat tersebut cukup ramai.

Uniknya, dan entah mengapa, saat itu keseluruhan pengunjung yang datang adalah laki-laki dari berbagai macam usia. Meja di dekat saya, duduk beberapa anggota polisi berpangkat brigadir dan dua orang perwira. Di depan saya, duduk beberapa orang karyawan berseragam, dan di depannya lagi duduk juga beberapa pemuda berseragam hitam putih. Ada pula beberapa orang laki-laki paruh baya berseragam pegawai negeri sipil. Selanjutnya dua orang yang saya duga sebagai mahasiswa karena membawa tas dan modul, dan beberapa orang lagi yang bertubuh gemuk namun berpenampilan cukup rapi dan mewah.

Suasana cukup gaduh, dari mulai suara obrolan di beberapa meja makan, suara tertawa terbahak-bahak, sampai ke suara satu orang gemuk yang sedang menelepon. Karena tak ada teman mengobrol, saya hanya memperhatikan mereka dari satu sudut pandang yang cukup nyaman untuk melihat keadaan sampai ke depan tempat berbagai masakan diletakkan.

Namun suasana riuh itu mendadak menghilang dan berganti senyap untuk beberapa saat. Di depan sana, seorang wanita cantik berpenampilan ala SPG dengan mini dress dan sangat ketat, tengah memesan beberapa nasi bungkus pada pelayan rumah makan. Ajaibnya, setelah sekilas melihat wanita tersebut, saya justru tertarik memperhatikan pengunjung yang (sekali lagi) semuanya adalah laki-laki. Dan yang membuat saya terkesima adalah, ternyata semua mata laki-laki yang berada di sana tengah memperhatikan wanita itu. Wow !

Untuk beberapa saat mata para lelaki itu melakukan “pemindaian” secara saksama, seolah-olah dalam tubuh wanita itu tersimpan suatu bom berdaya ledak tinggi. Dan “pemindaian” itu ternyata berlangsung cukup lama juga. Setelah itu suasana pun kembali gaduh seperti semula, kecuali beberapa orang masih belum puas untuk tetap memperhatikannya sampai wanita itu meninggalkan rumah makan.

Sambil menghabiskan hidangan, saya pun menjadi senang karena diberi kesempatan untuk lebih memperhatikan pengunjung yang ada daripada wanita tadi. Sehingga saya menjadi tahu, bahwa ternyata mata lelaki ternyata sama, apalagi jika tanpa istri atau pasangannya berada di sampingnya.

Setelah itu, muncul berbagai pertanyaan dalam pikiran saya:
1. Apakah memang begitulah kodratnya laki-laki, sehingga dalam satu hadits, Rasul menyuruh untuk menundukkan pandangan ?
2. Bagaimana jika ada beberapa anggota FPI di rumah makan itu, apakah mereka juga akan memandang ke arah yang sama dengan lelaki lainnya ?
3. Apakah diantara istri-istri para lelaki itu ada yang mengira bahwa suaminya bukanlah suami genit yang matanya “jelalatan” saat melihat wanita cantik dan seksi ?
4. Bagaimana jika yang terjadi kemudian adalah wanita itu melepaskan pakaian satu demi satu sambil menari dengan gerakan erotis ?

Wuahahaha ! Pertanyaan apapun yang menjelajah dalam pikiran saya, semakin menguatkan satu hal, yaitu: Kelemahan lelaki terletak pada kemaluannya (syahwatnya), dan pintu masuk termudahnya adalah mata !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan meninggalkan pesan atau komentar Anda. Saya pun akan berusaha membantu permasalahan Anda sebatas pengetahuan dan kemampuan saya.
Jika Anda menyukai tulisan di atas, Anda boleh membagikannya di media yang Anda sukai supaya semakin banyak orang-orang yang mendapatkan manfaatnya.
Jika Anda ingin lebih puas melakukan obrolan, silahkan ke menu Obrolan Rahasia. Terima kasih.