Seorang teman pernah bertanya setelah membaca beberapa
artikel saya, “Kalau begitu, istri yang sudah tua pasti kalah dong dengan perempuan yang lebih muda !
Karena pastinya perempuan itu lebih cantik, kulitnya masih kencang, dan lebih
seksi. Dengan kata lain, si suami pasti akan tetap selingkuh juga kan ?”
Saya pun menjawabnya dengan guyonan klasik, “Pernah dengar
pepatah: Secantik-cantiknya istri muda, pada akhirnya menjadi tua juga ?”
Hehe, tak perlu dihiraukan pepatah tadi.
Sebelum menjawab pertanyaan tadi, saya ingin bertanya lebih
dulu.
Pernah kah Anda melihat seorang suami yang punya istri
cantik, putih dan mulus, tetapi selingkuh dengan perempuan yang lebih jelek
menurut Anda ?
Pernah kah Anda melihat wanita yang sudah tua namun menurut
Anda kecantikannya mengalahkan wanita yang jauh lebih muda dan seksi ?”
Dalam beberapa kontes kecantikan yang pernah Anda saksikan,
pernahkah salah satu kontestan pilihan Anda yang menurut Anda paling cantik
ternyata malah kalah dan yang memenangkannya justru kontestan yang Anda nilai
kurang cantik ?
Jika Anda pikirkan secara baik dari jawaban
pertanyaan-pertanyaan di atas, maka Anda akan menemukan bahwa ternyata
kecantikan itu bersifat tak menentu dan
tidak memiliki ukuran yang jelas atau pasti. Saking tidak pastinya ukuran kecantikan,
Anda bisa berdebat dengan teman Anda sendiri mengenai seorang wanita yang Anda
anggap cantik namun teman Anda menolaknya, atau sebaliknya. Atau Anda juga bisa
berdebat dengan orang lain mengenai kecantikan seorang selebritis terkenal
seperti Luna Maya, Nikita Mirzani, atau Dewi Persik, karena sebagian ada yang
akan menganggapnya cantik namun sebagian lagi akan menganggapnya tidak.
Karena tidak pernah ada ukuran yang jelas dan pasti mengenai
kecantikan, maka tentulah kecantikan itu sendiri bersifat sangat relatif. Tidak
ada kecantikan yang dapat diukur berdasarkan usia, warna kulit, atau bahkan
bentuk tubuh seorang wanita. Kecantikan itu akan dinilai berdasarkan perspektif
Anda sendiri, yang tentunya bisa jadi berbeda dengan orang lain.
Kalau begitu, maka tidak bisa dipastikan juga bahwa istri
yang sudah tua akan lebih jelek dibandingkan dengan wanita yang lebih muda atau
sebaliknya. Tidak bisa juga dipastikan bahwa istri yang kulitnya sudah banyak
kerutannya akan lebih jelek dibandingkan dengan gadis yang kulitnya mulus dan
kencang.
Sebenarnya banyak kasus perselingkuhan terjadi bukan karena
istrinya kalah cantik. Yang banyak terjadi adalah istri yang tidak merawat
diri, malas berias dan mempercantik diri, membiarkan tubuhnya terus “melar”
plus perut membuncit, ditambah dengan bau badan, tentu akan dengan mudah
dikalahkan secara visual oleh wanita yang merias diri dan merawat kecantikannya,
serta menjaga aroma tubuhnya agar tetap wangi dan mempesona. Apalagi jika
ditambah dengan aktivitas hubungan seks yang monoton, kurang menggairahkan,
dengan intensitas hubungan yang sangat minim, maka sudah pasti wanita seperti
ini tidak akan mampu bersaing dengan wanita lain yang lebih hot.
Jadi sebenarnya tidak ada istri yang kalah cantik atau kalah seksi, karena standar cantik dan seksi menurut pria itu sendiri juga akan mengalami perubahan seiring dengan pertambahan usianya. Jika dalam usia belasan tahun, pada umumnya pria akan menolak berhubungan seks dengan wanita yang usianya 30 tahun ke atas, namun tidak demikian saat pria memasuki usia di atas 30 tahun.
Di samping ukuran kecantikan, sebenarnya yang membedakan
pria dengan wanita mengenai pasangan pilihannya adalah wanita lebih memilih
kualitas sedangkan pria lebih memilih kuantitas. Sebagian pria bahkan pernah
berfantasi untuk memiliki pasangan seks dari berbagai jenis wanita, mulai dari
yang putih seperti etnis Tionghoa sampai wanita yang berkulit hitam seperti
etnis India. Artinya, pria cenderung tidak konsisten dengan standar pilihannya
sendiri. Wanita mana yang saat itu menarik dalam pandangannya, maka ia akan
cenderung mengejar wanita itu. Sehingga secara umum pria tidak akan frustasi
jika wanita yang sudah “diincar” untuk jadi kekasihnya menolak untuk menjalin
hubungan cinta, karena cepat atau lambat ia akan kembali terpikat oleh wanita
lain yang saat itu dianggap menarik.
Jadi apakah bisa seorang istri yang sudah tua memenangkan
persaingan dengan wanita lain ? Apakah bisa seorang istri yang sudah tua tampil
lebih menggoda bagi suaminya dibandingkan wanita penggoda itu sendiri ?
Jawabannya SANGAT BISA !
Saya akan menutup tulisan saya kali ini dengan sebuah cerita
yang disampaikan oleh Tung Desem Waringin dalam suatu seminarnya. Berikut yang
disampaikan beliau:
“Saya punya teman baik sepasang suami istri. Sang suami
adalah salah satu pengusaha terkenal di Indonesia. Suatu ketika, sang suami
tergoda oleh wanita lain dan berselingkuh dengan menjadikan wanita itu sebagai
“simpanannya”.
Semakin lama keharmonisan rumah tangganya semakin kacau,
karena sang suami pun semakin jarang pulang dan lebih memilih tinggal bersama
wanita simpanannya itu. Kalaupun pulang, ia hanya akan menanyakan kabar
anak-anaknya sebentar, menanyakan kebutuhannya, dan buru-buru untuk kembali ke
tempat selingkuhannya itu. Semakin lama semakin banyak pula harta miliknya yang
“dialihkan” untuk wanita simpanannya.
Sampai suatu hari, istrinya tidak tahan lagi dengan keadaan
rumah tangganya itu dan memilih berkonsultasi dengan Pak Tung (panggilan akrab
Tung Desem) sebelum mengambil keputusan mengenai hubungannya dengan sang suami.
Setelah berkonsultasi, sang istri memikirkan strategi dan mengambil
langkah-langkah jitu agar suaminya dapat direbutnya kembali dan keutuhan rumah
tangganya kembali harmonis.
Salah satu langkah yang diambil sang istri adalah langkah
yang sangat spektakuler dan tidak lazim. Ia menyewa seorang pelacur kelas atas
yang sudah sangat profesional di bidang pemuasan kebutuhan seks pria dan
sengaja membayarnya hanya untuk mengajarkannya cara-cara “menaklukkan” pria di
ranjang. Bisa dibayangkan hasilnya akan luar biasa kan ?
Setelah masa “belajar” selesai, sang istri juga melengkapi
pakaiannya dengan busana pembangkit libido pria. Dia juga menyiapkan hidangan
masakan lezat kegemaran suaminya sebagai “umpan” agar suaminya itu tidak
buru-buru pergi saat kedatangannya nanti.
Dan benar saja, saat suaminya datang, sang istri dengan
kelembutannya merayu sang suami agar mau makan bersama di rumahnya sebelum ia
pergi lagi. “Umpan” pun berhasil dilahap dengan sukses. Setelah acara makan
selesai, sang istri kembali mendatangi suaminya dengan memakai gaun yang tipis
dan wewangian sambil memijat secara perlahan pundak suaminya yang saat itu
tengah bersiap untuk pergi. Tak tahan dengan “serangan” fisik dan psikis yang
dirasakannya, akhirnya sang suami bersedia mengikuti rayuan sang istri untuk
dipijat dahulu sebelum ia pergi meskipun hanya sebentar saja.
Namun tak disangka dan diduga bagi sang suami, setelah acara
memijat di dalam kamar selesai, sang suami mendapatkan hadiah istimewa yang membuatnya
lupa daratan !
Dan sejak hari itu, keadaan menjadi terbalik dari
sebelumnya. Sang suami menjadi betah tinggal di rumah dan keadaan wanita
simpanannya menjadi semakin terlantar. Sementara semakin lama semakin merasa
ditelantarkan, sang wanita simpanan ini akhirnya tak tahan dengan keadaannya
dan memutuskan untuk menjalin hubungan dengan pria lain. Sampai suatu hari sang
pengusaha tadi berhasil mengetahui hubungan mereka dan mengambil alih kembali
harta yang sebelumnya dikuasai sang wanita simpanan.
Suatu hari, sang pengusaha itu bercerita tentang masalah
perselingkuhannya itu pada Pak Tung dan berkata, “Saya telah berhasil
memenangkan pertandingan itu !”
Setelah mengetahui cerita di atas, saya akan bertanya pada
Anda sebagaimana Pak Tung pun menanyakan hal yang sama pada kami,
“Menurut Anda, siapa yang sebenarnya telah memenangkan
“pertandingan” itu ?”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan meninggalkan pesan atau komentar Anda. Saya pun akan berusaha membantu permasalahan Anda sebatas pengetahuan dan kemampuan saya.
Jika Anda menyukai tulisan di atas, Anda boleh membagikannya di media yang Anda sukai supaya semakin banyak orang-orang yang mendapatkan manfaatnya.
Jika Anda ingin lebih puas melakukan obrolan, silahkan ke menu Obrolan Rahasia. Terima kasih.